Langsung ke konten utama

Kapas Transgenik Bt Si Musuh Hama. Menguntungkan atau Merugikan?


Seiring bertambahnya jumlah manusia di bumi ini semakin bertambah pula kebutuhan akan pangan dan sandang. Namun peningkatan jumlah kebutuhan ini tidak didukung dengan jumlah sumber pangan dan sandang  yang tersedia. Belum lagi masalah-masalah lain seperti serangan hama dan lainnya yang menyebabkan berkurangnya produksi pangan dan sandang tersebut.  Alasan inilah yang mendorong para ahli untuk mencari cara alternatif menghadapi masalah tersebut. GMO (Genetically Modified Organism) merupakan salah satu fenomena yang lahir dari permasalahan ini. GMO adalah hasil dari proses laboratorium dimana gen dari DNA suatu spesies yang diambil dan dimasukkan secara sengaja ke dalam gen tanaman atau hewan yang tidak terkait. Produk rekayasa genetika ini dihasilkan dari teknologi manipulasi sifat bakat atau gen (DNA) suatu organisme secara aseksual (tanpa melalui perkawinan) untuk menghasilkan organisme dengan sifat-sifat tertentu yang diinginkan.     
Hasil gambar untuk bt cotton
Gambar 1. Bt Cotton
sumber :  www.scienceinpublic.com.au

Sudah banyak tanaman yang menjadi produk dari GMO salah satunya adalah kapas. Serangan hama yang menjadi kendala utama bagi budidaya tanaman kapas selain menurunkan produksinya juga menurunkan kualitas dari kapas tersebut yang tentu saja merugikan petani kapas, dengan alasan inilah maka beberapa negara seperti India dan Amerika serikat membudidayakan tanaman kapas GMO ini. Tanaman kapas ini lebih dikenal dengan Bt cotton atau kapas transgenik Bt di Indonesia. Semua tanaman kapas transgenik Bt berisi satu atau lebih gen-gen asing yang berasal dari bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) yang tinggal di tanah. Bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) dinamakan berdasarkan nama sebuah kota di Jerman yaitu Thuringia oleh Ernst Berliner. Berliner mengisolasi bakteri tersebut yang telah membunuh ngengat Mediterranean flour pada tahun 1911 dan melaporkan keberadaan kristal protein di dalamnya. Penggunaannya oleh petani sebagai pestisida sudah dimulai pada tahun 1920 namun umumnya dalam bentuk semprotan yang tentunya akan hilang terbawa hujan.

Penyisipan gen Bt menyebabkan sel-sel tanaman kapas memproduksi protein kristal insektida atau Cry-protein. Protein insektisida ini efektif membunuh beberapa ulat bulu hama tanaman kapas yang paling mematikan seperti larva tembakau budworms dan bollworms. Keistimewaan tanaman ini adalah produksi kristal proteinnya secara selektif membunuh kelompok serangga dan organisme lain yang spesifik. Ketika serangga memakan Cry-protein ini, enzim pencernaannya mengaktifkan bentuk beracun dari protein. Cry-protein mengikat reseptor spesifik pada dinding halus dan memecahkan sel midgut. Serangga akan berhenti makan dalam beberapa jam setelah gigitan pertamanya. Jika mereka memakan cukup banyak racun yang terkandung dalam tanaman ini maka mereka akan mati dalam dua atau tiga hari.

Gambar 2. Larva Bollworm
sumber : www.ars.usda.gov


Penyisipan gen Bt menyebabkan sel-sel tanaman kapas memproduksi protein kristal insektida atau Cry-protein. Protein insektisida ini efektif membunuh beberapa ulat bulu hama tanaman kapas yang paling mematikan seperti larva tembakau budworms dan bollworms. Keistimewaan tanaman ini adalah produksi kristal proteinnya secara selektif membunuh kelompok serangga dan organisme lain yang spesifik. Ketika serangga memakan Cry-protein ini, enzim pencernaannya mengaktifkan bentuk beracun dari protein. Cry-protein mengikat reseptor spesifik pada dinding halus dan memecahkan sel midgut. Serangga akan berhenti makan dalam beberapa jam setelah gigitan pertamanya jika mereka memakan cukup banyak racun yang terkandung dalam tanaman ini maka mereka akan mati dalam dua atau tiga hari.
 

























Penggunaan tanaman kapas transgenik ini mungkin meningkatkan produktifitas kapas karena berkurangnya kerusakan tanaman akibat serangan hama sehingga kebutuhan dalam negeri bahkan dunia terhadap kapas akan terpenuhi. Sebagai contoh India merupakan salah satu negara yang membudidayakan tanaman kapas transgenik ini dan menjadikannya penghasil kapas kedua terbesar di dunia disamping china yang juga menggunakan kapas transgenik dalam produksi kapasnya. Namun apakah kapas transgenik Bt ini hanya memberikan dampak positif? Ternyata dibalik keuntungan yang menjanjikan itu beberapa dampak negatif diperkirakan muncul dari kapas transgenik tersebut. Petani di beberapa daerah yang menanam kapas di India melaporkan bahwa ternak mereka jatuh sakit atau meninggal setelah merumput di sisa-sisa tanaman di ladang kapas Bt yang telah dibersihkan. Begitupun dengan petani dan buruh tani yang memilih kapas Bt juga mengeluhkan reaksi alergi kulit dan pernapasan. WHO pada tahun 1996 sebagaimana disebutkan dalam artikel yang dikeluarkan kementerian pertanian Idonesia juga menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan kimia baru, baik yang terdapat di dalam organisme transgenik maupun produknya, berpotensi menimbulkan penyakit baru atau pun menjadi faktor pemicu bagi penyakit lain. Sebagai contoh, gen AAD yang terdapat di dalam kapas transgenik dapat berpindah ke bakteri penyebab kencing nanah Neisseria gonorrhoeae (GO). Akibatnya, bakteri ini menjadi kebal terhadap antibiotik streptomisin dan spektinomisin. Padahal, selama ini hanya dua macam antibiotik itulah yang dapat mematikan bakteri tersebut. Selain itu tanaman kapas transgenik ini dikhawatirkan dapat menggangu keseimbangan ekosistem dan menghilangkan plasma nutfah dari suatu tanaman dan hewan, karena bisa saja gen resisten ini berpindah ke tanaman lain dan termakan organisme lain.

Jadi apakah tanaman kapas transgenik Bt ini menguntungkan atau merugikan? Apakah tanaman musuh hama ini kawan atau malah menjadi lawan kita? Semua itu dikembalikan lagi kepada diri dan hati nurani konsumen masing-masing.
Daftar Pustaka :


Diyasti, Farriza. 2013. GMO, Makhluk Perfect Tak Berarti Sempurna. http://ditjenbun. pertanian.go.id/perlindungan/berita-346-gmo-makhluk-perfect-tak-berarti sempurna. html (diakses 13 maret 2015)

Hardee, D.D., dkk. 2001. Bt Cotton & Management of the Tobacco Budworm-Bollworm Complex. www.ars.usda.gov/is/np/btcotton/btcotton.pdf (diakses 13 Maret 2015) 

Institute for responsible technology, GMO Education, http://www.responsibletechnology.org /gmo-education  (diakses 14 maret 2015)

University of california San Diego, Bacillus thuringiensis, http://www.bt.ucsd.edu /bt_history.html (diakses 14 Maret 2015)




 

     

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingat Energen, Ingat Kebaikan Sarapan Mamah.

Seperti beribadah, sarapan merupakan salah satu rutinitas yang wajib dilakukan di keluarga kami. Mamah salah satu yang paling cerewet mengingatkan anak-anaknya untuk sarapan. Setiap pagi ketika mata baru terbuka setengah lingkaran dan harus berjalan sempoyongan menuju kamar mandi, pasti sudah ada sarapan minimal nasi dengan telor ceplok ditambah susu di atas meja. Selelah apapun, sesibuk apapun, mamah selalu sigap menyiapkan sarapan bahkan di hari libur sekalipun. “La, Pi, Lin. Oy bangun ayo sarapan! Keluar, keluar!”  Yup, di hari libur pun mamah masih jadi alarm! dan saya yang masih mengantuk sehabis begadang semalaman nonton maraton drama Korea mau tidak mau harus bangun, kalau tidak mamah semakin meninggikan suara bahkan volume televisi ikut dibesarkan agar kami bangun (hadeuh). Mamah bahkan lebih cerewet masalah sarapan kalau kami mau pergi jauh atau harus menghadapi tes. Pagi-pagi buta sebelum ayam bangun, mamah sudah di dapur siapin sarapan, setelah sarapan siap mamah berubah

Fibrobacteres succinogenes Bakteri Pada Hewan Memamah Biak

      Seperti yang sudah banyak orang ketahui bahwa hewan memamah biak seperti sapi dan lainnya, mempunyai cara makan yang unik dan berbeda dengan hewan lainnya. Hal ini dikarenakan hewan yang disebut juga hewan rumenansia ini memakan makanan berserat yang dinding selnya tersusun dari 50% selulosa sehingga sulit untuk dicerna. Pada sapi sendiri ia mempunyai bentuk gigi dan organ pencernaan tersendiri yang membantunya mencerna makanan. Namun ada faktor lain yang membantu dalam proses pencernaan sapi, apa itu? Jawabannya adalah adanya bantuan dari mikroba pada sapi.     Gambar Bakteri F. succinogenes Sumber : http://micro.cornell.edu/research/epulopiscium/gastrointestinal-      Salah satu mikroba yang mendominasi adalah bakteri Fibrobacteres succinogenes . F. succinogenes adalah kelompok penting dari komunitas mikroba pada rumen yang mengubah biomassa tumbuhan menjadi nutrisi yang dapat digunakan oleh inangnya (Suen G et al.,2011). bakteri ini merupakan bakteri gram nega